SUGENG RAWUH
Monggo Ngangkring
Makan atau Minum dengan makanan dan suasana khas jawa sambil Ngobrol dan Diskusi



Selasa, 02 Maret 2010

Wong Jowo (unggah-ungguh)


Orang jawa identik dengan bahasanya yang cukup jelas, atau diperjelas sekali (medhok), hal ini menjadikan orang jawa mendapatkan citra yang relatif baik yaitu dari segi "kesopanan" baik dalam perilaku maupun cara berbicara meskipun orang jawa berbicara dengan bahasa indonesia tetapi kerap dibumbui dengan bahasa jawa yang medhoknya susah ditinggalkan, meskipun kadang-kadang dikonotasikan dalam film atau sinetron maupun komedi bahwa orang jawa itu ... lugu, culun, polos, kampungan, dan lain sebagainya. Orang jawa punya adatnya masing-masing di setiap daerah di jawa, tetapi orang jawa mempunyai unggah-ungguh yang relatif sama, unggah-ungguh dalam bahasa indonesia mirip dengan tata krama atau sopan santun, nuansa sopan santun dalam budaya jawa sudah ada dan turun temurun mulai dari jaman dulu, sering kita dengar dan kita lihat baik orang jawa yang di kota maupun di pedesaan, mereka masih menggunakan istilah-istilah atau jargon-jargon yang tetap menjunjung tinggi rasa sopan santun, dalam budaya jawa sopan santun dalam berbicara ada tiga tingkatan yaitu dengan bahasa kromo inggil, kromo alus dan tingkatan "paling kasar" yaitu ngoko, masing-masing mempunyai penerapan berbeda-beda sesuai dengan siapa, kapan dan dimana lawan bicara kita, hal ini membuat orang di luar jawa menjadi mempunyai persepsi bahwa orang jawa berbelit-belit dan panjang, apapun itulah orang jawa, meskipun pada posisi emosipun orang jawa masih menggunakan yang namanya unggah-ungguh.

Contoh kejadian misalkan ada orang yang melakukan kesalahan terhadap orang jawa sehingga orang jawa tersebut pada posisi emosi karena kesalahan orang tersebut maka orang jawa ini masih menggunakan unggah-ungguh, yaitu dalam mengingatkan atau menegur orang yang salah masih menggunakan jargon "nyuwun sewu, sepuranipun, maturnuwun, pangapuntenipun dan sebagainya.

Dengan demikian orang jawa pasti bangga dengan budaya unggah-ungguhnya tersebut dan jika dengan sesama orang jawa atau berada di daerah jawa jika melanggar unggah-ungguh maka pasti akan terkena sangsi yaitu sangsi moral yang akhirnya dicitrakan sebagai orang jawa yang kurang sopan atau tidak punya unggah-ungguh dalam bahasa jawanya yaitu "wong jowo tapi ora njawani" (dvdyu).

"nyuwun sewu sakderengipun, seratan puniko mboten wonten tendensi nopo-nopo, seratan puniko namung kedadean nyoto ing tlatah jawi, mugi-mugi saget dipun maklumi" matursembah nuwun

1 komentar:

  1. wkwkwkwkw nyundul mas iwan crot ,,, bentambah sukses , soto ne jo lali .....

    BalasHapus